Sadur : Nasihat Elang pada Anaknya (Karya Dr. Muhammad Iqbal)

sudah hampir dua tahun catatan ku ini tidak ku kunjungi sama sekali. untuk memulai kembali, saya akan mencoba membuka dengan menyadur sebuah sajak karya Dr. Muhammad Iqbal dari buku penuh nasihat yang ditulis oleh seorang profesional medis dr. Ade Hashman, Sp.An yang berjudul Karena Kita Begitu Berharga.

——————————————————-

Naseihat Elang pada Anaknya

Kau tahu…
bahwa semua Elang hanya pantas bagi sesama Elang.
dengan segenggam sayap, masing-masing memiliki hati singa.
harus berani dan hormati diri, sergaplah mangsa yang besar saja.
jangan bersibuk denga ayam hutan, burung meliwis, dan pipit.
kecuali jika engkau ingin melatih kepandaian memburu.

Adalah hina, pengecut tanpa berusaha mengeram.
membersihkan paruh kotor dengan mengambil makanan dari tanah.
elang tolol yang meniru cara hidup burung pipit yang pemalu akan menjumpai nasib malang.
sebab ia akan menjadi mangsa buruannya.

kutahu banyak elang yang jatuh dalam debu di mata mangsanya.
oleh karena mereka memilih jalan hidup burung pemakan gandum.
perliharalah martabatmu hingga hidupmu bahagia
selalu geram, keras, berani.
dan kuat dalam perjuangan hidup.
biarlah ayam hutan yang malang punya tubuh indah dan langsing
bangunlah dirimu kokoh setangguh tanduk rusa jantan.
adapun kesenangan yang berasal dari kehidupan fana disini datang dari hidup yang penuh keberanian, Kegiatan, dan kecermatan

nasihat berharga yang telah diberikan Elang pada anaknya:

“Jadikanlah tetesan darah kemilaumu berkilat-kilat bagai manikam.
Janganlah kehilangan diri dalam pengembalaan seperti domba dan kerbau.
Jadilah engkau seperti nenek moyangmu semenjak dulu.
kuingat betapa baik orang tuaku senantiasa menasihatiku begitu.
Jangan bangun sarangmu di dahan pohon.
kita para Elang tidak mencari perlindungan di taman dan di ladang manusia
surga kita ada dipuncak-puncak gunung, gurun luas dan tebing jurang.
Haram bagi kita menjemput bulir-bulir jelai dari tanah
sebab Tuhan telah memberi kita ruang lebih tinggi yang tidak terbatas.

penduduk kelahiran angkasa yang berdiam di bumi, di mataku lebih buruk dari burung kelahiran bumi.
bagi elang ladang buruannya adalah karang dan batu jurang.

karang baginya adalah batu gosok untuk mempertajam cakar-cakarnya.
kau adalah salah seorang anak kebuasan yang bermata dingin.

keturunan paling murni dari burung Garuda.
jika seekor elang muda ditantang oleh seekor harimau.
tanpa mengenal takut ia akan membelalakkan matanya.
terbangmu pasti dan megah seperti terbang malaikat.

dalam nadimu mengalir darah raja purba puncak-puncak gunung.

dibawah kolong langit yang luas ini, kau tinggal
martabatmu terangkat oleh kekuatan.
sasaran apapun tak ditampik oleh matamu.
kau tidak boleh mengemis makanan dari tangan siapun kapan pun saja.
baik-baiklah kau membawa diri

dan dengarkan selalu nasihat yang baik dan luhur ini.

——————————————————

kalau menurut pandangan saya pribadi, sajak ini mendorong kita untuk bisa memperlihatkan kekuatan kita sebenarnya.
tidak menganggap diri kita lemah, dan keluarkan apa yang paling “buas” yang bisa kita lakukan.
kadang kala, manusia bersikap terlalu “tawadhu” terhadap dirinya sendiri. sehingga menjadi rendah diri dan terkesan tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal, dia adalah Man of The Scene dari dunia dan lingkungannya. Everybody, NO exception!
berkaca kembali kepada kehidupanku selama ini. apakah sudah menampakkan ke”buas”annya?

Bogor, 21 Februari 2015
Pukul 02.15 WIB